Seperti diketahui banyak orang, jaranan merupakan salah satu tarian tradisional khas kota jombang dan sekitarnya. Selain sebagai hiburan, seni jaranan juga dikenal sebagai alat pemersatu masyarakat di jombang. Meski berupa tarian, jaranan memiliki ciri tersendiri, baik dari tarian, pakaian yang dikenakan, serta irama yang mengiringinya. Kesenian jaranan
asli jombang, biasa diiringi dengan berbagai alat musik, seperti
gamelan, gong, kendang, kenong.untuk khas tarian jaranan dari jombang saya belum tau soalnya saya tidak paham dengan yang namnya nari menari :D
ada sedikit cerita tentang jaranan,mari kita bahas :D
Jaranan, sebenarnya menggambarkan cerita masa lalu, ketika Raja
Bantar Angin, seorang raja dari Ponorogo bermaksud melamar Dewi
Songgolangit, putri cantik dari kerajaan Kediri, atau yang biasa disebut
juga dengan Dewi Sekartaji atau Galuh Candra Kirana. Konon, karena
wajahnya jelek, Raja Bantar Angin akhirnya menyuruh Patihnya, yang
bernama Pujangga Anom, seorang patih yang dikenal sangat tampan. Agar
Dewi Sekartaji tidak tertarik dengan Patih Pujangga Anom, Raja Bantar
Angin memintanya memakai sebuah topeng buruk rupa. Lalu Patih Pujangga
Anom, datang ke Kerajaan Kediri, menyampaikan maksud rajanya. Putri
Sekartaji, yang mengetahui Patih Pujangga Anom mengenakan topeng, merasa
tersinggung, lalu menyumpahi agar topeng tersebut, tidak bisa dilepas
seumur hidup.
Raja Bantarangin, akhirnya datang sendiri ke Kerajaan Kediri.
Sebagai gantinya, Dewi Songgolangit meminta 3 persyaratan. Jika Raja
Bantarangin bisa memenuhi, dirinya bersedia diperistri. Tiga syarat
tersebut, binatang berkepala dua, 100 pasukan berkuda warna putih, dan
alat musik yang bisa berbunyi jika dipukul bersamaan. Sayangnya, Raja
Bantarangin, hanya bisa memenuhi 2 dari 3 persyaratan tersebut, 100
kuda warna putih yang digambarkan dengan kuda lumping, alat musik yang
bisa dipukul bersamaan yakni gamelan. Sehingga, terjadi pertempuran
diantara keduanya. Kerajaan Kediri, datang dengan membawa pasukan
berkuda, yang kini digambarkan sebagai jaranan, sementara Kerajaan
Ponorogo membawa pasukan, yang kini digambarkan sebagai Reog Ponorogo.
Di perjalanan, terjadi pertempuran. Raja Ponorogo yang marah,
membabat macan putih yang ditunggangi patih Kerajaan Kediri, dengan
cambuk samandiman, hingga akhirnya melayang ke kepala salah satu
kesatria dari Ponorogo. Bersamaan dengan kejadian tersebut, seekor
burung merak, kemudian juga menempel dikepala kesatria tersebut,
sehingga ada kepala manusia yang ditempeli kepala macan putih dan
merak, ini yang sekarang disimbolkan Reog Ponorogo. Bahkan, dalam tarian
reog, semua penari juga membawa cambuk. Sementara dalam kesenian jaranan,
menggambarkan pasukan berkuda Dewi Sekartaji yang hendak melawan Raja
Ponorogo. Barongan, Celeng dan atribut di dalamnya, sebagai simbol,
selama dalam perjalanan menuju Ponorogo yang melewati hutan belantara,
pasukan juga dihadang berbagai hal, seperti naga, dan hewan liar
lainnya.
terlihat bagus kan ceritanya.tapi jaranan khas jombang tergolong sulit untuk dipikirkan.kebnyakan jaranan khas jombang sedikit aneh ketika kalian melihatnya.tarian dari jaranan itu sendiri sangat jauh dari tarian jaranan di mana mestinya.kebnyakan jaranan khas jombang hanya memutar dengan kemenyan sebagai pusatnya..hingga beberapa detik kemudian terjadilah adegan kesurupan.setelah itu penonton mulai bebas dengan meniup peluit hingga berkali kali hingga jaranan akan mengejar orang tersebut.mungkin ada pertayaan yang besar dan bnyak orang akan sulit menjawabnya .KENAPA JARANAN KETIKA TERDENGAR PELUIT MEREKA MARAH ? apa ada sedikit masa lalu dengan peluit yang bikin hati jaranan kacau ..atau jaranan pobia banget sama peluit.hehehe..,hanya cerita singkat yang bisa saya ceritakan.itupun saya bisa cerita di karenakan kemarin saya melihat di desa ini.dan sedikit bertanya tanya dengan orang tentang apa aja yang ada di kesenian ini.
mbam blog mu gk mbok beri iklan2 ta? wkwkwkwkwk
BalasHapusiklan sari roti koyok e...hahahaha..sek tak mengajukan proposal nng sari roti
BalasHapus