
ada sedikit cerita tentang jaranan,mari kita bahas :D
Jaranan, sebenarnya menggambarkan cerita masa lalu, ketika Raja Bantar Angin, seorang raja dari Ponorogo bermaksud melamar Dewi Songgolangit, putri cantik dari kerajaan Kediri, atau yang biasa disebut juga dengan Dewi Sekartaji atau Galuh Candra Kirana. Konon, karena wajahnya jelek, Raja Bantar Angin akhirnya menyuruh Patihnya, yang bernama Pujangga Anom, seorang patih yang dikenal sangat tampan. Agar Dewi Sekartaji tidak tertarik dengan Patih Pujangga Anom, Raja Bantar Angin memintanya memakai sebuah topeng buruk rupa. Lalu Patih Pujangga Anom, datang ke Kerajaan Kediri, menyampaikan maksud rajanya. Putri Sekartaji, yang mengetahui Patih Pujangga Anom mengenakan topeng, merasa tersinggung, lalu menyumpahi agar topeng tersebut, tidak bisa dilepas seumur hidup.
Raja Bantarangin, akhirnya datang sendiri ke Kerajaan Kediri. Sebagai gantinya, Dewi Songgolangit meminta 3 persyaratan. Jika Raja Bantarangin bisa memenuhi, dirinya bersedia diperistri. Tiga syarat tersebut, binatang berkepala dua, 100 pasukan berkuda warna putih, dan alat musik yang bisa berbunyi jika dipukul bersamaan. Sayangnya, Raja Bantarangin, hanya bisa memenuhi 2 dari 3 persyaratan tersebut, 100 kuda warna putih yang digambarkan dengan kuda lumping, alat musik yang bisa dipukul bersamaan yakni gamelan. Sehingga, terjadi pertempuran diantara keduanya. Kerajaan Kediri, datang dengan membawa pasukan berkuda, yang kini digambarkan sebagai jaranan, sementara Kerajaan Ponorogo membawa pasukan, yang kini digambarkan sebagai Reog Ponorogo.
Di perjalanan, terjadi pertempuran. Raja Ponorogo yang marah, membabat macan putih yang ditunggangi patih Kerajaan Kediri, dengan cambuk samandiman, hingga akhirnya melayang ke kepala salah satu kesatria dari Ponorogo. Bersamaan dengan kejadian tersebut, seekor burung merak, kemudian juga menempel dikepala kesatria tersebut, sehingga ada kepala manusia yang ditempeli kepala macan putih dan merak, ini yang sekarang disimbolkan Reog Ponorogo. Bahkan, dalam tarian reog, semua penari juga membawa cambuk. Sementara dalam kesenian jaranan, menggambarkan pasukan berkuda Dewi Sekartaji yang hendak melawan Raja Ponorogo. Barongan, Celeng dan atribut di dalamnya, sebagai simbol, selama dalam perjalanan menuju Ponorogo yang melewati hutan belantara, pasukan juga dihadang berbagai hal, seperti naga, dan hewan liar lainnya.
terlihat bagus kan ceritanya.tapi jaranan khas jombang tergolong sulit untuk dipikirkan.kebnyakan jaranan khas jombang sedikit aneh ketika kalian melihatnya.tarian dari jaranan itu sendiri sangat jauh dari tarian jaranan di mana mestinya.kebnyakan jaranan khas jombang hanya memutar dengan kemenyan sebagai pusatnya..hingga beberapa detik kemudian terjadilah adegan kesurupan.setelah itu penonton mulai bebas dengan meniup peluit hingga berkali kali hingga jaranan akan mengejar orang tersebut.mungkin ada pertayaan yang besar dan bnyak orang akan sulit menjawabnya .KENAPA JARANAN KETIKA TERDENGAR PELUIT MEREKA MARAH ? apa ada sedikit masa lalu dengan peluit yang bikin hati jaranan kacau ..atau jaranan pobia banget sama peluit.hehehe..,hanya cerita singkat yang bisa saya ceritakan.itupun saya bisa cerita di karenakan kemarin saya melihat di desa ini.dan sedikit bertanya tanya dengan orang tentang apa aja yang ada di kesenian ini.
mbam blog mu gk mbok beri iklan2 ta? wkwkwkwkwk
BalasHapusiklan sari roti koyok e...hahahaha..sek tak mengajukan proposal nng sari roti
BalasHapus