Kamis, 19 Juni 2014

peranan pendidikan dalam keluarga untuk anak usia dini

Esai Pendidikan



Di dalam keluarga anak menjadi dambaan bagi setiap manusia. Dengan hadirnya anak yang dilahirkan dari belahan jantung kedua orangtua, kini suasana rumah tangga menjadi ceria. Saat anak masih kecil dan baru lucu – lucunya kehidupan rumah tangganya menjadi harmonis. Namun sering kali orangtua salah mendidik kepribadian dan perilakunya, anak juga dapat menjadi beban dan menyusahkan orangtuanya bahkan tak jarang kita juga menanggung beban dosa karena kita telah terlena menjaga amanat dari Allah. Anak kemudian justru makin tak terkendali dan bahkan menjadi musuh orangtua. Anak membutuhkan kehangatan kasih sayang dari orang tuanya, namun tidak secara berlebihan atau pun kekurangan. Maka orang tua terutama ibu, mesti melaksanakan ini dengan baik agar jiwa anak tumbuh dengan sehat. Sebuah suasana keluarga yang hangat, romantis, dan penuh kasih sayang akan menumbuhkan kepribadian yang baik bagi anak dan dapat menghindarkan pengaruh psikologis yang tidak baik.





Dalam buku petunjuk mendidik anak bagi orang tua karangan Nur Hakim. Kepribadian adalah sesuatu dalam melakukan sesuatu. Kepribadian terletak di belakang perbuatan-perbuatan khusus dan di dalam individu. Dalam arti kepribadian itu bukan hanya ada selama ada orang lain bereaksi terhadapnya, tetapi lebih jauh dari itu mempunyai eksetensi real (keadan nayata), yang termasuk di dalamnya segi-segi neural dan fisiologis.Anak membutuhkan pendidikan juga. Pendidikan anak bukanlah ongkos tetapi investasi. Pendidikan merupakan investasi karena akan menghasilkan pribadi yang dewasa, berkembang secara utuh dalam seluruh aspek kepribadiannya, dan pada gilirannya dapat menyumbangkan sesuatu bagi orang lain, bangsa, dan negara. Mendidik dan menjalankan peran sebagai orang tua adalah naluri yang akan berkembang seiring dengan tumbuh kembang anak. Bahkan sebagian orang tua hanya sekedar meneruskan saja kebiasaan orang tua mereka tanpa merasa yakin apakah tindakannya benar atau salah. Pada umumnya orang tua sering bingung mencari informasi yang dapat membantu mengatasi kesulitan mereka. Informasi tentang pendidikan anak belum memadai jika dilihat dari kebutuhan yang sesungguhnya. Menurut (Sigmund freud : 10) kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem yaitu Id, Ego dan Superego. Dan tingkah laku, menurut Freud, tidak lain merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kerpibadian tersebutperkembangan. Kedewasaan dan kepribadian anak – anak ternyata mengalami pola perilaku yang berbeda – beda. Dan hal ini harus di ketahui oleh orang tuanya.
Kepribadian yang ada pada anak pertama mungkin akan merasa iri hati kepada anak yang kedua, karena anak yang pertama merasakan bahwa kasih sayang kepadanya telah di rebut oleh anak yang kedua. Sehingga dia sering berbuat nakal kepada adiknya, atau berperilaku seperti anak kecil lagi, untuk merebut kasih sayang

kembali dari orang tuanya. Kalau anak ketiga akan merasa bahwa hidupnya selalu di atur masih di anggap anak kecil terus meski dia sebenarnya sudah dewasa, perilaku semacam ini sering menjadikan anak ketiga manja.,buku ini sangat tepat untuk memberikan gambaran khusus dan detail bagaimana membimbing anak sesuai dengan kepribadian jiwanya, sesuai dengan urutan dia di lahirkan. Agar anak menemukan pola asuh yang pas demi kesuksesannya di masa depan. Orang tuaadalahpendidik yang pertamadanterutama. Orang tualebihtahukondisianaknyadaripada orang lain. Percaya atau tidak seperti yang di jelaskan ternyata kedudukan seseorang anak dalam keluarga mempengaruhi watak anak itu sendiri. Statistik terrnyata hanya sedikit sekali bukti – bukti yang menunjukkan bahwa anak pertama menjadi begini dan anak ketiga menjadi begitu. Statistik hanya menujukkan bahwa pada umumnya tidak terdapat perbedaan – perbedaan yang besar dan tegas antara anak pertama, kedua dan ketiga, mengenai kepribadiannya, kesukaannya, kesenangannya, sifatnya dan lain – lain.
Seorang anak pertama misalnya, dapat mempunyai bermacam – macam sifatnya, tergantung apakah dia seorang anak laki – laki atau perempuan, besar atau kecil, pendiam atau bersemangat. Statistik hanya menunjukkan apabila kita menjumlahkan segala macam anak pertama dan membandingkan secara rata – rata dengan segala macam anak kedua, maka tipe – tipe khusus yang kita kenal itu akan tercoret atau lenyap dalam statistik tersebut.Sejumlah staf penelitian merasa sayang kepada anak – anak pertama pada umumnya, karena kami mendapat kesan bahwa kebanyakan dari mereka berat benar dipindahkan dari kedudukannya sebagai anak tunggal. Kemudian salah satu anggota sifat memeriksa kembali catatan tentang semua anak pertama yang terdapat disekolah sampai beberapa tahun, untuk mengetahui bagaimana keadaan mereka yang sebenarnya. Mungking anak –

anak yang dengan enak dapat menerima kedatangan adiknya ini dapat berbuat demikian karena adanya satu jaminan yang khas yaitu dia merasa sebagai anak pertama. Secara kebetulan, seorang anak pertama jarang terganggu oleh kelahiran anak ketiga. Itu karena dia sudah mengalami iri hati yang timbul waktu kelahiran adiknya dan telah dapat menyesuikan diri dengan perasaan itu. Pada kenyataannya kebanyakan orangtua merasa heran ketika melihat betapa senang anak pertama kepada anak ketiga, walaupun dia telah menunjukkan rasa iri hati yang sangat terhadap anak yang kedua. Sekarang seolah – olah dia merasa sebagai saingan. Pola ini merupakan bukti yang paling jelas bahwa suatu tahapan rasa iri hati apabila tidak terlalu kuat dan apabila dapat secara sedikit demi sedikit dihilangkan mungkin dapat merupakan suatu pengalaman yang benar – benar membangun jiwa bagi seorang anak, seakan – akan merupakan pelajaran baginya dan memperkuat dirinya terhadap ancaman – ancaman serupa di masa yang akan datang. Walupun kedudukan anak dalam keluarga itu penting, namun lebih penting lagi ialah macam sifat dan sikap keluarga itu sendiri. Dalam suatu keluarga yang ramah, dimana ayah dan ibu menganggap kedatangan tiap anak sebagai suatu yang wajar maka di situ lebih banyak kemungkinan bahwa masing – masing anak akan merasa senang pada kedudukan khusus masing – masing, baik sebagai anak yang pertama, kedua, atau yang lainnya. Tetapi terkadang orangtua mempunyai kecenderungan untuk membandingkan anak yang satu dengan yang lainnya, baik dengan kata – kata maupun dengan perbuatan. Maka anak – anak akan merasakan perbedaan kasih sayang dan sabar akan kedudukan masing – masing mengetahui siapa yang tertua, terpandai paling disukai dan yang berhasil.
Beberapa orangtua merasa lebih mudah bergaul dengan anak yang pendiam dan penurut sejak lahirnya, sedang yang lain sangat menyukai anak – anak yang banyak tingkah. Ada orangtua

yang lebih senang dengan anak laki – laki dan ada pula yang menghendaki anak perempuan. Kita dapat melihat bahwa dalam pembentukan kepribadian seorang anak, perhatian ayah dan ibu ini lebih penting dari pada soal apakah anak itu anak pertama, kedua atau ketiga. Secara umum, makin besar suatu keluarga, makin kecil kemungkinannya tiap bayi yang baru lahir mengganggu keseimbangan dalam keluarga yang sudah ada sebelumnya. Karena perhatian orangtua terbagi-bagi pada anak yang lebih banyak jumlahnya, maka makin banyak kesempatan bagi masing – masing anak untuk berkembang dalam pola masing – masing dengan wajar. Pada kebanyakan orangtua ada kecenderungan, yang memang wajar, karena rendahnya kedisplinan mereka setelah menjadi tua dan makin banyak anak. Mereka telah makin menyadari bahwa anak – anak tumbuh dan menjadi matang terutama karena sifat pembawaan mereka sendiri dan karena dorongan orangtua, dan bahwa campur tangan yang terlalu banyak itu tidak perlu. Mereka setidak – tidaknya juga menjadi lelah. Harapan mereka bahwa anak yang ini mungkin anaknya yang ketiga, maka akan timbul keinginan insani mereka menikmati masa kanak – kanak si ketiga itu selama mungkin. Faktor tersebut sering menyebabkan bahwa orangtua tidak berharap banyak kepada anak ketiga. Ini adalah beberapa langkah yang menjadikan beberapa anak ketiga berubah menjadi manja, tidak mau berkerja keras untuk dirinya sendiri apalagi untuk orang lain. Sebaiknya orangtua tidak berlebih – lebihan dalam memberikan kasih sayang, tidak terlalu memanjakan, membedakan dengan kakak – kakaknya yang lain, dan memberikan sifat yang wajar pada si ketiga. Hal itu mungkin akan melahirkan seorang yang bercita – cita dan berhasil dalam dunia kerja.
Cara paling muda untuk menjadi orangtua yang berhasil adalah cukup dengan mempunyai masa kanak – kanak yang menyenangkan dengan orangtua yang berkasih sayang, adil, tegas, dan tidak sering marah. Tetapi kebanyakan anak – anak tidak dapat





mempunyai orangtua yang sedemikian baik. Bagi kebanyakan diantara kita, kemarahan dan kesalahan – kesalahan yang kadang – kadang kita rasakan terhadap orangtua kita, rasa takut bila tidak memenuhi harapan baik di rumah maupun sekolah, iri hati terhadap saudra laki – laki dan perempuan, semua ini masih meninggalkan sisa, dan sisa – sisa ini mungkin timbul kembali jika kita menjadi orangtua, terutama dengan anak kita. Apakah ketegangan – ketengangan orangtua yang demikian itu mempunyai akibat yang buruk ? Ketegangan itu pasti menyebabkan rasa tidak nyaman antara orangtua dan anak pada tahun – tahun pertama. Tetapi jika ketegangan itu tidak berlebih – lebihan pada permulaannya dan jika dia menunjukkan tanda – tanda yang lambat laun makin berkurang dari tahun ketahun, sesudah pada masa akil baliq dan menginjak dewasa dapat menjadi baik dalam beberapa hal. Faktor yang sangat penting adalah betapa tugas orangtua menghendaki ketenangan di dalam rumah tangga. Kita mungkin mengira bahwa semua orangtua menghendakinya. Tentu saja semua orangtua percaya bahwa mereka memang menghendaki ketenangan, namun ada beberapa orangtua yang hanya seperti isyarat saja memberika perintah kepada anak – anak mereka untuk berhenti bertengkar. Mereka tidak mempunyai tindakan kelanjutan. Oranng tua yang seperti itu pada hakikatnya mengharapkan yang sedemikian itu pada hakikatnya mengharapkan agar anak – anak mereka berkelahi dan secara tidak sadar mereka rupanya memperoleh suatu kepuasan jahat tertentu dari padanya. Para orangtua yang benar – benar tidak menghendaki pertengkaran setidak – tidaknya dapat menjaga agar perselisihan tidak sampai menjadi ramai, walaupun anak – anak mungkin masih terus saling dendam dan cemberut.
Ada bermacam – macam sifat dan keinginan orangtua yang berbeda – beda yang berwibawa, suka bermain – main, cekatan dan gemar membuat barang – barang kerajinan, ada yang membenci semua pekerjaan tangan, senang olahraga dan lain – lain. Mereka

masing – masing tentunya akan mempunyai macam hubungan yang berbeda – beda dengan anak – anak mereka dan pengaruh yang berbeda – beda pula. Namun mereka semua ini dapat menjadi orangtua yang baik jika memberikan kepada anak – anak mereka suatu perasaan bahwa anak – anak itu diterima, disenangi, dan dicintai. Karena itu tidak ada dasarnya untuk mengatakan bahwa tiap – tiap orangtua harus bermain dengan cara khusus atau menyisihkan sejumlah waktu tertentu untuk menemani anak – anak tiap minggu. Itu hanya akan merupakan siksaan belaka bagi beberapa ayah dan ibu, bisa pula justru merisaukan anak – anak mereka. Jika seorang ayah bersemangat, ramah tamah serta gemar bermain sepak bola dan anaknya tak ada yang lebih disenangi selain bermain dengan ayahnya hal ini sangat baik bagi mereka berdua. Jika si ayah itu orang yang dapat menghidupkan kembali keharmonisannya pada waktu masih kanak – kanak, membagi pengalaman – pengalaman kepada anak – anaknya, dengan senang hati mengajak mereka ke museum, kebun binatang, sirkus, dan arak – arakan, ini akan menyenangkan bagi siapa saja. Tetapi jika dia pergi ke tempat – tempat seperti itu hanya karena dia telah dipaksa untuk melakukannya, itu tidak akan bermanfaat bagi hubungan ayah – anak. Suatu saat yang sebaik – baiknya bagi seorang ayah untuk bersama dengan anak laki – laki adalah ketika si ayah segera mengerjakan sesuatu yang dia sendiri menggemari tidak peduli apakah itu bertukang kayu di belakang rumah, mencari ikan, melihat pertandingan sepak bola dan anaknya menikmati pekerjaan itu bersama dengannya. Dalam keadaan – keadaan ini tidak ada sesuatu yang dibuat – buat. Yang ada adalah kesenangan yang dinikmati bersama yang bercampur dengan pengajaran, dan penuh keharmonisan.
Apakah arti aspek perkembangan dapat menciptakan peraturan, menciptakan sistem, mendisiplinkan diri sendiri, dan memperkuat kesadaran, pada periode umur enam sampai dua belas

tahun itu ? Dalam bagian –bagian yang terdahulu telah dibicarakan perkembangan emosi anak pada tahapan sebelumnya yaitu antara umur tiga dan enam tahun. Tetapi ikatan – ikatan demikian itu pada akhirnya harus dilepaskan jika si anak akan terus menerus menyesuaikan diri secara baik dengan dunia luar. Adapun sebab orangtuanya tidak melihat kesadaran ini adalah karena anak itu mengenal hal – hal luar, seperti kebersihan, tata tertib, dan kerja berat, menunjukkan perlawan yang begitu banyak terhadap orangtuanya. Menurut pendapat saya bahwa peran orangtua yang terlalu kritis akan omong kosong tentang buku komik biasa atau suatu barang permainan yang baru digemari anak – anak pada waktu itu, seharusnya mempertimbangkan pula keinginan si anak untuk ikut dengan aliran jaman sebelum membiarkan cita rasa mereka sendiri mengambil keputusan.Keberadaan orang tua sangat dibutuhkan anak. Tak ada yang dapat menggantikan kasih saying dan dukungan sepenuhnya kepada orangtua untuk menjadi orangtua yang aktif dalam mendorong pendidikan anak – anak. Kita bisa memilih berbagai tips yang mudah untuk dilakukan.
Dukungan orang tua secara positif dapat dilakukan melalui komunikasi yang baik, kedekatan, kehangatan, teladan, pujian, dan dorongan kepada anak. Dari orang tua, anak butuh dicintai, dilindungi hingga merasa aman dan tentram, dibimbing, diakui keberadaanya, dan didewasakan dengan kedisiplinan. Maka, orang tua sebagai teladan juga harus mampu mendisiplinkan diri. Bimbingan pun perlu sungguh – sungguh didasarkan pada keadaan nyata si anak, bakat dan kemampuan yang dimilikinya. Perhatikan pada saat proses mendidik buah hati adalah bentuk kasih sayang orang tua pada anak. Dalam kasih sayang, kualitas hubungan orang tua anak menjadi lebih kuat dan mampu mengatasi waktu dan energi, kita sebagai orang tua tetap tahu bagaimana membuat anak –anak mempercayai bahwa dalam segala keterbatasan yang kita miliki, kita tetap menyayangi mereka. Suatu cara lain untuk menolong si anak yang masih kecil agar maju bila sang bayi datang adalah dengan memumpukkannya agar dia merasa sampai beberapa tingkat sebagai seorang orang tua. Jelasnya, ini adalah suatu bentuk lain dari menjadi dewasa, tetapi bentuk ini sangat khusus. Itu bukanlah sekedar bangga tiap tahapan masa kanak – kanak yang berikutnya. Itu berarti suaru loncatan maju yang besar kearah dewasaan. Ana klaki – laki dan perempuan, terutama dalam tingkatan umur antara tiga sampai enam tahun, biasanya senang sekali sebagi bapak dan ibu, walaupun mereka tidak mempunyai adik bayi. Saya rasa hal itu merupakan dorongan yang paling kuat pada usia ini dan dorongan ini akan hidup dengan tidak usah di pupuk oleh orangtua. Orangtua jangan lah menekankan senangnya merawat bayi. Seringkali anak yang cemburu akan lebih suka untuk memainkan peranan sebagai orang tua yang agak mengatur dan rasa iri hati hanya untuk menjadi orang tua yang marah dan suka memerintah tidak banyak membuat kemajuan dan akan merupakan duri dalam daging bagi kawan – kawan dan adik – adik lelakinya serta perempuannya. Ada cara supaya iri hati dapat merupakan suatu pengalaman yang membangun. Jika seorang anak tidak terlalu dikacaukan oleh perasaan itu, dan ditolong oleh orang tua yang kasih saying dan bijaksan auntuk mengatasi kesukaran itu dengan lambat laun, dia akan mempunyai watak yang lebih kuat. Untuk sementara dia membayangkan bahwa bayi akan menduduki tempat diantara dirinya dan orang tuanya.
Suatu upaya pembinaan orang tua yang di tunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia yang dewasa yang di lakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan di dalam keluarga

lebih lanjut. Pola asuh orang tua sangat mempengaruhi setiap kepribadian yang telah terbentuk. Segala gaya atau model pengasuhan orang tua akan membentuk suatu kepribadian yang berbeda-beda sesuai apa yang telah di ajarkan oleh orang tua. Di dalam keluarga keberadaan orang tua merupakan lingkungan pertama bagi anak yang sangat berperan penting dalam setiap perkembangan anak khususnya perkembangan kepribadian anak. Oleh karena itu, di perlukan cara yang tepat untuk mengasuh anak sehingga terbentuklah suatu kepribadian anak yang di harapkan oleh orang tua sebagai harapan masa depan. Sehingga terbentuklah karakteristik anak yang dapat mengontrol diri, anak yang mandiri, mempunyai hubungan yang baik dengan teman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar